Perjalanan dilanjutkan ke selatan kota Pacitan. Akses transportasi tampaknya tak mau berdamai dengan penghuni mobil. Kerikil dan jalan yang mengular berbelok kanan kiri membuat perut lumayan terkocok. saya berbisik di telinga sendiri
“Benarkah ini masih Indonesia?”
Serasa kuterpelanting di negeri musim semi dengan daun jati yang menguning dimana-mana. Tak lupa mengokang kamera, jepret sana-sini, pemandangan pun tersimpan.
Kali ini saya akan mengunjungi sebuah pantai unik nun jauh di selatan Pacitan. Orang sekitar terbiasa memanggil pantai ini dengan sebutan Klayar. Terletak di desa Kalak, kecamatan Doonorojo, dengan jarak sekitar 40 km dari kota Pacitan membuat pantai terpencil ini sepi oleh pengunjung. Jangan tanyakan angkutan umum, karena mereka tidak pernah ada. Kalian harus membawa kendaraan sendiri untuk bertandang kesini. Bagaimana dengan nasib mereka yang berkocek dangkal? Silahkan menumpang sama kendaraan warga, mereka berserak.
Penasaran dengan keunikan apa yang terdapat di pantai ini? saya juga. Penasaran dengan asal usul nama pantai Klayar? Jangan tanya, bahkan penduduk lokal tak pernah tahu. Beberapa sempat mengada-ada bahwa Klayar berarti klayar-kluyur atau jalan-jalan. Yah, silahkan di artikan sendiri selama suka.
Pantai ini memiliki (kalau boleh kita sebut) teluk kecil di sebelah timur. Yaitu pantai yang sedikit menjorok ke dalam diapit oleh dua karang besar di kanan dan kiri. Dari teluk inilah ombak besar datang silih berganti, bergemuruh dan siap menggulung kalau ada yang berani (lebih tepatnya nekat) berenang. Memang benar, disini ada sebuah larangan untuk melakukan aktivitas renang, karena ombak pantai selatan yang sangat besar. Ingat, laut ini langsung berbatasan dengan Samudera Hindia.
Yang membuat saya tertarik dengan pantai ini adalah adanya sebuah seruling dari samudera, mereka menyebutnya demikian. Seruling samudera adalah semburan dari air yang terjebak dalam gugusan karang. Tamparan ombak laut menyebabkan semburan air dengan ketinggian sampai 10 meter. Mengagumkan bukan?
Semburan air ini silih berganti seiring deburan ombak yang menghempas. Mengisi lorong kosong di sela karang, meletupkan air, mendengungkan sebuah nada melengking bak seruling dari samudera.
Sekali lagi saya dikejutkan dengan indahnya alam nusantara. Membuat cinta yang tak hanya tumbuh di ujung lidah, namun juga melekat di setiap nafas yang terhela. Begitulah makna perjalanan, bisa belajar di setiap langkah. Menjadi dewasa di jalan, bijak di jalan, dan yang penting, menjadi manusia di jalan. Bukan semata menjadi turis, ataupun sekedar datang, duduk manis, dan melenggang dengan keluhan sinis.
Keren! Dan untungnya tgl 29 agustus kmrn sdh kesana 😀 Dg kondisi jalan yg msh spt itu lbh enak pake motor kesananya. *dr jogja ke pacitan cm mau liat pantai klayar dan goa gong \m/
hehe, jalannya masih tetap jelek ya mbak?
denger-denger kemaren mau diperbaiki, karna presiden mau berkunjung kesana
pacitan emang masih kurang publikasi, tanggung jawab kita buat memajukan dunia pariwisata indonesia
🙂
kalo mau kesana,dari jogja naek angkutan apa ya?aku ga bisa naek motor.kalo pake ojek ke pantainya bisa ga ya??mohon petunjuk
kalo kesini gak ada angkutan umum sama sekali mbak
harus pakai kendaraan pribadi
wilayahnya cukup terpencil soalnya
🙂
Terlebih menjadi tanggung jawab saya, karena saya pribumi dari sana 🙂
pacitan ndi ne mas?
wah, sak kampung ambek pak presiden brati?
haha, calon orang besar..
Ka Yofangga kalo warga setempat apa banyak yang mengais rezeki disana ? 🙂 kl ada mereka datang dari desa terdekat dgn klayar sebelah mana ? Mohon informasinya yah ka 🙂
setau saya masih banyak yang menjaring ikan di pesisirnya, yang lain dapet rejeki dari berdagang 🙂
just info… jln sekarang dr kec punung lumayan baik, hanya tinggal dikit yg krg baik… yg mau menginap jg sdh banyak penginaoan disana.
naaahh, sudah ada perbaikan
ikut senang mendengarnya