Kekasih, aku mencintai pagi ini lewat punggungmu yang membelakangiku. Lantas dengan senang hati akan kuselipkan tangan, merangkulmu dari belakang, mendekapmu erat dan meninggalkan ruam merah di pundakmu. Seperti biasa, bangunku lebih lekas darimu, mungkin karena masih lelah dan mengantuk sebab semalam kita berbagi cerita dan terbangun hingga lewat dini hari.
Kita berceloteh tentang keinginanmu menziarahi Sempu di laut selatan sana, sedang aku begitu keras kepala mempertahankan larangan. Aku tentu saja bisa diam dan menikmati segenap kegilaan ini, bukankah pandangan serupa juga jamak ditemukan dalam benak manusia lain? Namun kekasih, kebenaran tetap harus tegak, ributlah kita tentang segala dampak wisata pada Cagar Alam Pulau Sempu dan kaitannya dengan masalah konservasi. Kuyakin pidatoku semalam sangat jemu lagi membosankan.
Pagi ini, setelah mencuci muka, kusiapkan kopi pagi dan teh manis untuk dihidangkan. Saatnya kembali ke atas kasur dan membangunkanmu yang berulang kali merajuk minta waktu lima menit lagi. Matamu masih enggan terbuka, hingga harus kugendong menuju meja makan. Kita mengeja pagi dengan perbincangan tentang manusia-manusia dan kebudayaannya, tentang identitas daerah yang tak hanya berkarib dengan kondisi geografis dan garis batas administrasi.
Manusia akan terus berkembang dan memiliki pola sendiri dalam menginterprestasi alam menjadi bentuk budaya lokal, kamu bercerita antusias. Kuamini dengan beberapa rujukan sejarah mengenai candi-candi. Situs Singosari, Kidal, Jago dan Badut adalah penciptaan ruang puja untuk menghormati dan menghargai dewa-dewi imajiner penjaga alam. Sungguh disayangkan bahwa di negeri ini kebudayaan adalah benda yang terlalu rapuh karena manusianya mudah abai pada remah-remah tradisi. Tak banyak yang tertarik dengan obrolan seperti ini.
“Aku lebih suka pantai Bajul Mati” ucapmu karena tahu aku lebih memilih pantai Goa Cina. Sambil tetap menyesap teh hangat, kita beradu argumen mana yang lebih cantik antara Balekambang dengan puranya dan Kondang Merak dengan terumbu karangnya. Apapun pantainya yang penting kita pergi berdua saja, aku berusaha menengahi. Kita akan mendirikan tenda di depan api unggun dan tidur di atas pasir sambil memandangi ratusan bintang jatuh. Senyummu mengembang.
Seusai sarapan, kita akan berebut kamar mandi walau pada akhirnya menyerah untuk kemudian bersepakat memakainya bersama-sama. Setelah menanggalkan pakaianku dan pakaianmu satu-satu, tubuh telanjang kita kuyup dibawah shower dingin pagi hari. Seperti saat kita berenang di telaga Coban Talun, bisikmu. Rentetan nama air terjun lain mengalir begitu saja setelahnya, Coban Rondo, Coban Pelangi, Coban Rais, hingga Coban Trisula. Aku tersenyum dan memelukmu hangat, hingga cemburu setiap deras air terjun yang kita coba sebutkan.
Kita akan pergi ke bioskop dan kuyakin kamu akan segera memaksaku untuk membeli tiket film lima centimeter yang sampai sekarang tak pernah purna kulihat. Aku percaya hidup adalah upaya berkompromi dengan orang yang dicintai. Maka walau benci gunung, kuputuskan untuk ikut pilihanmu saja. Kita tenggelam dalam mistisnya kabut Ranu Kumbolo meski pada akhirnya meledak dalam tawa ketika mengetahui beberapa adegan tidak diambil persis pada tempatnya. Kadangkala film memang dibuat terlalu manis untuk menjual suatu tempat.
Sepulang dari bioskop, kuperkenalkan dirimu pada potensi lain wisata daerah yang disemai dari keberagaman identitas masyarakat. Mari mampir sejenak di pelataran sentra industri rakyat. Kita mulai dengan mencicipi keripik tempe di sentra Industri Sanan. Setelahnya aku akan dengan senang hati menunjukkan proses pembuatan topeng malangan yang hampir punah dimakan waktu. Kulanjutkan cerita soal terpuruknya sentra pembuatan keramik Dinoyo. Sebelum kamu menguap kantuk dan ingin segera pulang, kututup dengan singgah di sentra industri rotan Arjosari.
Wisata tak melulu soal alam dan keindahan. Aku kemudian mengajakmu menikmati jalan-jalan kumuh kota Malang. Kita akan melihat dan belajar lebih banyak tentang binatang yang dipasung sarang, tentang peminta dalam ruas alun-alun kota, tentang gang sempit dimana anak-anak berebut makanan penuh pewarna. Lalu setelah mengetahui wajah lain dunia dibalik tembok gedung mewah, kamu akan menyalahkanku dan pulang memeluk bantal sambil menangis terisak.
Lantas kita menutup malam dengan saling melempar tanya tentang adakah manusia lain diluar sana yang mengerti potensi daerahnya lebih dalam dari perjalanan kita? Lalu dengan sombongnya kita akan menantang mereka untuk turut bercerita. Membagi bersama wisata daerah yang banyak dilupa. Kusediakan dua cinderamata seadanya bagi mereka yang ingin ikut serta.
Syarat dan ketentuan
– Peserta adalah manusia yang berasal dan berdomisili di Indonesia.
– Ceritakan secara singkat namun lengkap potensi wisata daerahmu di kolom komentar. Jika memiliki tulisan pun gambar yang berkaitan dengan potensi ini, jangan ragu untuk menyertakan link.
– Lengkapi komentar dengan menuliskan data berupa nama, kota domisili, akun media sosial (Twitter, Facebook, G+), alamat blog (jika ada), dan email.
– Share postingan Give Away ini melalui Twitter, mention akun @yofangga atau @the_lostraveler dengan menambahkan hashtag #GAWisataDaerahmu
– Jika tak memiliki Twitter, share postingan Give away ini melalui Facebook, tag profil yofangga atau fanpage thelostraveler dengan menambahkan hashtag #GAWisataDaerahmu
– Give Away ini berakhir pada tanggal 14 Februari 2015 saat tengah malam.
– Peserta yang memenuhi syarat akan diundi dan dipilih dua orang pemenang.
– Pengumuman pemenang akan diberitahukan beberapa hari setelah deadline.
– Hadiah berupa topeng kayu batik dan sebuah kaos Arema Malang
Tulisan ini adalah bentuk partisipasi thelostraveler.com dalam kegiatan Give Away Wisata Daerahmu. Silahkan kunjungi Give Away lainnya di:
Alid Abdul – Wisata yang Seru di Jombang
Olenka Priyadarsani – Makanan Unik Dari Daerahmu
Ari Murdiyanto – Potensi Wisata Yang Unik Dari Daerahmu
Yusmey – Yuk, Kenalkan Wisata Khas Daerahmu
Danan Wahyu – Memory Djadoel Daerahmu
Halim Santoso – Sentra Industri Yang Memikat
Nur Azizah – Yang Unik dan Menarik untuk Dilirik
Citra Rahman – Perayaan Unik di Daerahmu
Danang Saparudin – Hati-Hati dengan Batik Murah
Dian Rustya – Oleh-Oleh Produk Lokal
Acen Trisusanto – Gunung Terdekat Jangkauanmu
Adhitya Pratama – Wisata Belanja Seru
Isna Nugraha Putra – Oleh-Oleh Khas Dan Unik
saya pikir ini judulnya ode itu ode anak 2010 :p
sooooo romantic <3
hwahahaha
bisaa.. bisaaa…
yang itu juga bisa kok ngkong 😀
Aduh, syahdunya. Berdua berteduh di bawah naungan bintang gemerlap, direngkuh angin malam yang makin membuat tubuh ini merapat mencari hangat di dalam gelap :))
Saya selalu suka tulisan yang menyentuh begini 😀
hahaha, ayo mas, ikutan Give Awaynya
tinggal komen destinasi aja kok 🙂
mas Gara khan banyak cerita di aceh
sekalian aja
hehe
Nama: Cak Oyong
Akun Twitter: @cakoyong
Blog: http://cakoyong.blogspot.com/
Domisili: Jember
email: cakoyong@gmail.com
Sudikah kau hadir kesini? Berceloteh kita tentang cerita Gajah Mada sebelum menjadi Patih dan berusaha menaklukkan Kerajaan Sadengan. Sisa-sisa reruntuhannya dapat kita nikmati nanti di Desa Paleran. Atau jika kau bosan mendengarkan sejarah kerajaan yang dikenal juga dengan Blambangan barat itu dengan cerita yang lebih modern?
Maka nanti saya akan berceloteh tentang Kolonel M Sroedji Pahlawan Jember yang jasadnya ditarik memutari kota hingga hancur seluruh badan. Patungnya dapat kau nikmati didepan gedung pemkab dan double way Jalan Gajah Mada.
Jika lelah dan senja telah tiba akan kuajak kau menikmati kota jember dari Rembangan. Menatap langit senja dan satu persatu lampu dihidupkan menjadikan ritmik pelengkap cahaya. Ya, gundukan-gundukan tanah itulah yang kami sebut dengan Gumuk. ada banyak memang. Semoga saja tidak semakin berkurang.
Tenang, tengah malamnya akan kuajak kau menuju Tanjung Papuma agar bisa menikmati matahari terbit dari atas bukit. Sinar jingganya penuh semangat mengantar nelayan pulang. Dan setelahnya kita nikmati Sate Gurita sambil memperhatikan kesibukan istri-istri nelayan menjual hasil tangkapan suaminya.
Siangnya akan kuantar kau kembali ke stasiun kota. kembali pada kehidupanmu yang sebenarnya.
aduduh mas.. komenmu bikin aku hilang kata.. hehe 🙂
diksinya bagus sekali
kapan2 pengen ah, njelajah jember lebih dalam lagi
ternyata banyak tempat yang belum kuketahui
🙂
Kabari ya kalo ke Jember 🙂
Nama : Nur Dina Mustaqima
Domisili : Banda Aceh, Aceh
Akun Fb : Dhyna Thenovembertheory
Salam…
Saya coba ikutan GA-nya ia ^^
meskipun gak banyak destinasi wisata yang saya tahu, tapi saya coba share aja disini…
Di Aceh, khususnya Banda Aceh dan Aceh Besar (kawasan yang masih bisa saya jangkau) banyak tempat wisata terutama Pantai dan Pegunungan, semua view-nya cakep-cakep dan sering gak ramai-ramai banget sama pengunjung, jadi masih bisa menikmati alam tanpa gangguan ^^
BANDA ACEH
1.Pantai Ulee Lheue
pantai ini terletak tidak jauh dari pusat kota, dan sekarang menjadi pelabuhan utama untuk kapal yang akan berangkat ke Sabang, Pulo Aceh, atau daerah lainnya. dulu pantai ini memiliki pantai berpasir hitam, namun setelah Tsunami, pantai ini sudah dibangun pemecah ombak. Namun, untuk anak-anak tetap disediakan tempat berupa kolam yang memiliki fasilitas bermain. sedangkan yang ingin menghabiskan waktu menikmati suasana pantai juga telah disediakan tempat duduk oleh banyak penjual yang ada di sepanjang jalan, dan bagi yang ingin mencari tempat sendiri silakan duduk di atas batu-batu besar pemecah ombak di sepanjang garis pantai, berbaur dengan beberapa pemancing yang selalu ada di kawasan ini.
Foto-fotonya dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2015/01/free-day-is-holiday.html
2. Asoi Nanggroe
Kawasan ini menjadi tempat liburan lain selain Ulee Lheue, letaknya hanya sekitar beberapa ratus meter saja dari Ulee Lheue. Disini banyak terdapat penjual makanan yang berupa pondok atau tempat terbuka. Ditempat ini selain bisa menikmati jajanan, mie aceh, gorengan ataupun kopi, juga bisa memancing, karena tempatnya berada di jembatan atau jalan tembus menuju desa lainnya.
Foto-fotonya dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2012/06/waiting-in-ulee-lheue.html
http://dhyna511.blogspot.com/2012/06/waiting-again.html
http://dhyna511.blogspot.com/2012/10/again.html
3. Pantai Lamdingin
Pantai ini sedikit kurang terkenal dibandingkan Ulee Lheue, karena kawasan ini letaknya agak jauh dari pusat kota dan umumnya didominasi oleh para nelayan setempat, namun kawasan ini tidak kalah cantiknya.
foto-fotonya dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2012/07/capture-in-lamdingin.html
4. Escape Building
Gedung ini hanya ada tiga di Banda Aceh, yang terletak dekat kawasan pantai Ulee Lheue karena bertujuan untuk gedung penyelamatan ketika musibah Tsunami. Dibangun pasca Tsunami 2004 lalu. Gedung-gedung ini terlihat mencolok karena lebih tinggi dari bangunan lain di sekitarnya. Saya pernah kemari dan melihat-lihat view dari atas, bagus banget, sesuai denga funsi awal, gedung ini dapat memantau keadaan pantai dari jauh.
Foto-fotonya dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2013/07/sunday-sun.html
ACEH BESAR
1. Pantai Ujong Kareung
Pantai di kawasan ini didominasi dengan pasir hitam, tapi umumnya lebih landai dan sedikit gersang. Karena pepohonan sedang mulai tumbuh kembali setelah musibah Tsunami dulu, kebanyakannya adalah pohon cemara laut. sedangkan pohon kelapa agak jarang ditemui, kecualidi daerah pedesaan sebelumnya. Pantai di sini biasanya dapat kita temukan beberapa peninggalan sejarah berupa bangunan kubus yang merupakan benteng pertahanan Belanda pada masa penjajahan dulu. Banunannya sudah mulai terkena abrasi laut dan banyak yang sudah jauh terlewati dari garis pantai
Foto-fotonya tidak banyak, dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2012/05/tarian-ujong-kareung.html
2. Pantai Lhoknga
Pantai ini sangat terkenal dan menjadi wisata favourit bagi masyarakat Aceh, selain pemandangannya yang cantik, disini ombaknya bagus dan cocok untuk kegiatan surfing. Sunset di Lhoknga ini benar-benar indah.
foto-fotonya dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2012/05/silent_21.html
http://dhyna511.blogspot.com/2012/04/pantai.html
http://dhyna511.blogspot.com/2014/03/walking-on-pregnant-mom-diary.html
http://dhyna511.blogspot.com/2015/02/hello-lhoknga-family-weekend.html
3. Pantai Lampuuk
Tidak kalah denga Lhoknga, pantai ini juga cantik, dan berpasir putih. dikelilingi gunung yang kehijauan, pantai ini terkesan teduh. Banyaknya pondok-pondok di sepanjang pantai membuat kita bisa rehat sejenak, atau ada juga pilihan penginapan mungil yang disewakan di pinggiran gunung.
Foto-fotonya dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2012/11/lampuuk-other-paradise.html
http://dhyna511.blogspot.com/2013/07/good-morning-sunrise.html
3. Geurutee
ini adalah kawasan pegunungan yang jadi alternatif buat menghilangkan stress sejenak, karena selain perjalanannya jauh, butuh kesiapa fisik untuk kemari, namun semuanya tertebus dengan pemandangan disepanjang perjalanan dan pemandangan di puncak Gunung Geurutee ini
Foto-fotonya dapat dilihat di:
http://dhyna511.blogspot.com/2012/05/rehat-yang-jao.html
http://dhyna511.blogspot.com/2012/07/blog-post.html
http://dhyna511.blogspot.com/2012/10/burning-sky.html
sekian dulu sharing objek wisata daerah berupa pantai dan gunung dari Aceh, khususnya Banda Aceh dan Aceh Besar, meskipun tidak semua terinci disini, karena kurangnya waktu saya buat jalan-jalan untuk saat ini ^^
namun masih ada banyak destinasi lainnya yang bisa dikunjungi kalau ke Aceh…
makasih mbak sudah ikutan 🙂
aceh emang selalu memikat
walo sesama sumatera aku belum pernah kesana,
aahh… semoga suatu saat bisa kesampean berkunjung kesana
tawaran destinasinya menarik sekali 🙂
amien ^^
semoga…
Gampang sebenarnya GA ini.. Tapi kaosku wis akeh mas. Aku wedi dadi pemenang trus kaoe nganggur HAHHAHA
gayamuuu mas ndop
hahaha
udaahhh.. ikut aja
ntar gak kumenangin deh kalo gak mau kaosnya
😀
Yang hadiah nya tiket pesawat jkt-sby pp ada ngak ????? #Dikeplak.
Gw selalu demen ama tata bahasa & pengunaan kata2 yg di gunakan disetiap tulisan mu, syahdu romantis 🙂
hehehe, aku juga mau ah kak cum kalo hadiahnya tiket pesawat, hehehe
tumben nih gak komen peluk memeluk lagi 😀
Peluk erat buat kamu yaaaaa #KecupBasah
Aduhai, postingan kakak ini bikin speechless 😐 Nyoba bikin kayak itu juga ahh ^^
Nama: Dian Maharani
Twitter: @realdianmrani93 [https://twitter.com/realdianmrani93]
Facebook: Dian Maharani Neomu Yeppeo [https://www.facebook.com/dian.maharani.nmyp]
Blog: realdianmaharani.wordpress.com
Domisili: Bengkulu
Kekasih, kau pernah ingin mengajakku bersama melihat matahari terbit dari puncak Gunung Kaba yang pernah kau taklukkan bersama teman-temanmu saat itu. Namun, aku menolak dengan pasti karena tidak akan mungkin dikabulkan oleh mama permintaanku itu. Jangankan pergi ke sana, aku sangat ingin pergi ke manapun asalkan itu bersamamu. Aku ingin merasakan udara segar yang masih bebas berkeliaran tanpa takut pada sampah polusi di perkebunan teh Kabawetan. Ingin berlari diantara karpet hijau daun teh dengan langit sebagai atapnya. Namun, aku ingin kita pergi saat Bunga Rafflesia Arnoldi sedang mekar, sehingga kita bisa menjadi bagian dari mata yang pernah menyaksikan puspa langka yang ditemukan pertama kali oleh pejabat Inggris saat mereka menginjak tanah kita berabad tahun yang lalu. Aku juga ingin mempunyai sejarah bahwa aku pernah ‘menemukan’ bunga ini bersamamu. Setelah puas berteman bersama alam Bukit Barisan, maukah kau berteman dengan bukti sejarah yang hampir terlupakan? Ayo kita tinggalkan jejak kita di rumah presiden pertama Indonesia saat diasingkan di Bengkulu, lalu kita pergi mengunjungi rumah Ibu Fatmawati, istrinya yang juga ibu Negara pertama Indonesia. Oh, jangan lupa belikan aku kue bay tat, kue kesukaanku, di Sentra Oleh-Oleh dekat sana.
Kau pernah bilang bahwa kau tidak punya teman untuk menjelajahi Bengkulu ini walau kau lahir dan besar di Bengkulu. Tenang, aku akan menemanimu sekarang. Akan ku ajak kau makan pempek panggang kesukaanku di area View Tower yang sudah menjadi tongkrongan anak gaul sekarang. Kita lihat arsitektur modern yang dirancang untuk memantau gelombang laut Bengkulu. Setelahnya, mari kita benar-benar memantau gelombang laut dari Benteng Marlborough. Namun, jangan berlama-lama di sini. Aku harus jujur, aku takut akan aura mistis yang selalu aku rasakan saat mengunjunginya.
Hari sudah petang, kekasih. Untuk itu, kita temani matahari yang telah membantu langkah kita hari ini menuju rumahnya. Pada laut Pantai Panjang kita luruhkan harapan, agar kita masih bisa bertemu matahari pada keesokan harinya.
Aku tidak merasa sombong memiliki semuanya. Namun, aku akan merasa sombong saat aku berhasilkan memamerkan kekayaan wisata kita pada mereka.
aahhh.. ini yang komen kok puitis puitis banget yak
hehehe
tulisanku jadi kalah saing 😛
makasih udah ikutan ya mbak
senang dengan tulisanmu 🙂
Nama : Sabil Adam
Domisili: Malang
Twitter: @SabilAdam (https://twitter.com/SabilAdam)
Blog: insomsabil.blogspot.com
E-mail: Fr_Sabil@yahoo.com
Di Minggu yang basah, dentuman rintik air hujan perlahan secara terus menerus bergantian, menghasilkan bunyi yang merdu. Membuat rasa penat dan lelahku selama sepekan hilang, hilang entah kemana. Entah mengapa mendengar gemericik air hujan sebabkan muncul energi baru dalam tubuh ini, energi yang mungkin mampu membuat manula sanggup mendaki Gunung Panderman via jalur ekstrim Curah Banteng. Kujatuhkan tubuh ini ke kursi yang tak terlalu empuk ini sambil menyeruput teh aroma embun, sembari pikiran ini melayang jauh ke pantai selatan Malang. Entah berapa milyar uang yang dihasilkan dari aktivitas nelayan Tempat Pelelangan Ikan Pantai Sendang Biru atau berapa banyak wisatawan yang sudah membuang sampah sembarangan di Pantai Lenggoksono. Pantai yang berpasir bersih warna coklat-kehitaman akibat aktivitas vullkanik Gunung Semeru sayang kalau sampai kotor karena sampah. Beranjak aku dari kursi itu, sembari bersiap diri untuk mengunjungi rumah sahabatku kala itu, untuk sekedar mengunjungi dan menanyakan kabarnya, ah aneh sekali kenapa harus ku tanya kabarnya? Bukankah kita sering bertemu? Di rumah tersebut, kita sering diskusi banyak hal mengenai banyak hal tentang Malang. Saling melempar argumen tentang kota ini, dan kau melontarkan pertanyaan yang membuat ku tertawa kecil “Benarkah masjid Tiban di Turen dibangun oleh jin?” . Dengan wajah nya yang penasaran kau menatap serius sambil bertanya-tanya. Dan ku jawab bahwasanya Masjid Tiban yang dikenal oleh banyak orang-orang bukan dibangun oleh jin, aneh sekali pikirku. Bukan masjid sebenarnya melainkan dalah Pondok Pesantren Biharu Bahri Salafiyah, dibangun sekitar tahun 1978-an oleh para santri, dikerjakan secara detail dan dengan ornamen yang mengaggumkan. Seusai berbincang ringan di teras, kita berdua melangkahkan kaki menembus dinginnya Malang. Dingin memang, tapi tidak sedingin kala mencelupkan kaki di pinggiran Ranu Regulo. Melangkah perlahan tanpa beban seperti anak kecil yang bermain air kegirangan dibawah derasnya air Coban Glothak, Desa Bedalisodo atau seperti anak kecil di Dukuh Princi yang berkejaran melewati jalan setapak dan ladang bawang di sekitaran Coban Parang Tejo. Asal kau tau, kuceritakan pada kau bahwa masih banyak wisata Coban yang belum tereksplor, yang menawarkan keramahan penduduknya dan kearifan lokalnya, taruhlah nama Coban Jahe dan Coban Tangkil di Jabung. Disela-sela perjalanan, kita berhenti sejenak di warung untuk melepas dahaga dengan segelas es degan. Melepas dahaga, sambil kita berbincang ringan dan mengingat ingat bahwa kau pernah kutegur saat membuang sampah plastik sembarangan di Pantai Gatra, pantai elok didekat Teluk Asmoro dan Pantai Clungup itu. Saat itu kau cemberut, seolah tidak terima atas teguran ku, tapi tidakkah kau tahu bahwa alam akan bersahabat dengan kita bila kita bersahabat dengan mereka? . Ebiet G Ade dalam lagu nya yang berjudul Berita Kepada Kawan pada liriknya mengatakan “. . . atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita”. Sebenarnya kita lah yang tidak bersahabat pada alam, lihatlah Pantai Nganteb yang dulunya bersih dengan romantisme ombaknya, sekarang mulai banyak sampah yang diakibatkan oleh manusia. Mendengar cerita ku, kau tersenyum dan berdiri tinggalkan sejenak diriku untuk sekedar menikmati semilir angin didepan warung. Kuhampiri kau, persis seperti saat kita camping di atas pasir Pantai Wediawu dibawah langit mendung gelap malam hari kusodorkan kau jaket kala itu. Di bawah pohon kelapa, sebelah perahu nelayan kau berdiri, hanya mampu mendengarkan suara ombak yang menghantam pantai. Tak ada yang spesial kala itu. Aku yakin, seandainya langit malam itu cerah, kita bisa menyaksikan ribuan bintang dengan jelas, sejelas melihat ikan ikan yang bersembunyi dibalik terumbu karang saat kita snorkeling di Pantai Tiga Warna. Sunyi, sepi, asri gambaran dari Pantai 3 Warna. Perpaduan warna biru, hijau, dan putih lautan sempat membuat aku lupa bahwa kita berada diantara rimbunnya Pulau Sempu, ramainya Pantai Goa Cina dan sibuknya nelayan Pantai Sendang Biru. Di pantai Tiga Warna aku sadar, bahwa pantai-pantai Malang selatan tidak selalu berombak besar dan menakutkan. Seperti di Pantai Batu Bengkung, melalui ombak nya yang menghajar karang yang kokoh, seolah memberi peringatan pada manusia bahwa tidak ada satupun mahkluk didunia yang bisa menaklukan alam. Serta deburan ombak di Pantai Nglepek surganya para pemancing, memberi pelajaran bagi kita bahwa rintangan berupa ombak besar bukan halangan untuk mencari keberkahan di lautan. Cukup lama kita berbincang di warung tersebut, hingga matahari muncul dengan gagahnya mengalahkan awan yang mencoba menghalangi laju sinarnya. Hingga akhirnya kulanjutkan perjalanan menuju Gunung Banyak Paralayang sekedar untuk menghabiskan sore hari sembari nikmati mentari yang pulang ke peraduannya. Tapi entah kenapa, sore itu suasana berbeda, ada perasaan lain dihati ini. Melalui perjalanan kita selama ini, menjelajahi tempat tempat baru dan menjajaki keindahan alam, aku menilai bahwa kau adalah gadis yang lain dari gadis gadis lainnya, kau sederhana namun tetap mempesona. Tiba tiba, kau menatapku serius sembari berkata “Aku pernah tersesat di labirin hati seseorang, rumit tapi tidak serumit Labirin Coban Rondo, ku harap kau mengerti” ucapnya pelan. Aku balik menatap parasnya yang lebih cantik dari pada pasir Pantai Kajaran dan aku tak pernah se-grogi ini sebelumnya, aku hanya mengangguk dan sedikit gugup. Tak ada kata yang keluar dari diriku, hati ini berkata lebih nyaring daripada mulut ini. Sejenak lihatlah senja, senja selalu sempurna dengan semua kenangan yang ada, pernah berharap kau dan aku adalah kita. Aku dan kau adalah dua manusia keras kepala yang sering memiliki pemikiran berbeda, keras kepala namun dengan tujuan yang sama. Sejak saat petang di Gunung banyak Paralayang itulah, sampai saat ini kita tidak pernah bertemu sama sekali. Entah dimana kini kau berada sahabatku, sahabat yang selalu menemani setiap perjalananku. Senja memberi pelajaran pada kita untuk berbesar hati, merelakan apa yang memang seharusnya pergi, melihat arti peting orang sekitarmu sebelum orang tersebut meninggalkanmu.
Salam jauh dari ku,
Seseorang yang tak pernah mengungkapkan perasaan ini kepadamu,
yang ikut GA ku semua puitis puitis
hehehe
makasih uda ikut yaahh
ditunggu pengumumannya 🙂