Dua hari sudah aku tak mengecap rasanya tidur, kantuk belakangan ini lebih senang hinggap di pelupuk mata orang lain tanpa pernah sekalipun mampir dan menemaniku. Ada beberapa entah yang terus menggeluti pikiran perihal majemuknya etnis di Sumatera Utara, perihal mistisnya Toba dan Samosir. Setelah membaca sekian banyak artikel, aku menjadi begitu ingin untuk bertandang kesana, merasakan kultur budaya secara dekat, mencicip kuliner khas secara lekat, dan mengagumi keindahan panorama tanah Sumatera yang selalu memikat.
Kadang aku berfikir terlalu lancang jika berbicara tentang negeri asing yang tak pernah ku kunjungi. Mendengar kata Toba dan Samosir, awam otakku bereksplorasi selain danau terbesar se asia tenggara dengan pulau kecil di tengahnya di ujung entah Sumatra Utara. Terletak pada ketinggian 900 meter, memiliki luas permukaan kira-kira 1300 km2 dan kedalaman sampai 450 m. Toba dikelilingi oleh sederetan gunung berapi Bukit Barisan, dengan puncak-puncak yang mencapai ketinggian kira-kira 2000 meter di atas permukaan laut.
Keberadaan suku bangsa Batak Toba rasanya memang tak banyak dibahas, khususnya oleh peneliti Indonesia. Bahkan sejarah tentang perbedaan etnis Toba dan Karo pun sampai sekarang masih simpang siur dan tumpang tindih, tak jelas ujung pangkal. “Ndarami silalit” jika kata tetua orang Karo. Ingin rasanya hati (lebih mirip obsesi) melakukan sebuah study dan menyebarkan hasil penelitian budaya ke dalam bahasa yang membumi, sehingga dapat disimak oleh semua orang. Apalagi jika topik penelitian itu berkaitan dengan kehidupan masyarakat luas.
Aku mulai menutup mata dan sedikit berimajinasi membayangkan diri terbang kesana, menyaksikan sendiri kehidupan bermasyarakat yang tak lekang oleh zaman, tak habis dibujuk waktu. Dua tempat tadi dikenal oleh para turis domestik maupun turis asing sebagai tempat yang eksotik. Toba dan Samosir menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Sumatera Utara, belum lengkap rasanya kalau belum pernah berkunjung kesana dan berkenalan langsung dengan adat istiadatnya.
Aku ingin menyambangi Toba dan Samosir, sekali saja.
Bukan dalam embel-embel promosi wisata ‘Visit Indonesia’ atau ‘Visit North Sumatera’, karena jika berpamrih, yang ku dapat hanya keindahan semata. Aku ingin menyelami seni rupa baik itu pahatan, patung maupun lukisan yang terdapat pada etnis Batak Toba. Meresapi setiap makna filosofis pada Gorga rumah adat yang berkaitan erat dengan sistem religi.
Aku ingin menyambangi Toba dan Samosir, sekali saja.
Hanya membawa diriku sendiri, dituntun rasa ingin tahu dan kecintaan akan negeri. Membuang egoku, membuka sepasang mata lebar-lebar, meninggikan dua telinga tegak-tegak, mencoba untuk mendengar dan membaca kehidupan saudaraku di sana. Tentang lagu merdu, kisah mendayu, juga suara memekik. Menikmati hidup apa adanya, suka, duka, perih, hangat, bukan sekedar mimpi-mimpi yang digambarkan majalah wisata. Mungkin masih tersisa rasa kemanusiaan didiriku. Mungkin masih tergerak semangatku membantu, berkontribusi dan membangun walau hanya sebahagian kecil. Mungkin sekali.
Aku ingin menyambangi Toba dan Samosir, sekali saja.
Merasakan riak danau Toba, kemudian menyeberang dari Pelabuhan Ajibata ke Tomok di Samosir. Berkenalan dengan Manggale, seorang putra raja yang tewas dalam pertempuran, dan sekarang diabadikan dalam bentuk patung kayu menari yang bernama Sigale-gale. Membiarkan tubuh terhipnotis, melepas kesadaran ruang dan waktu, masuk ke dimensi lain, terbang, menghilangkan gravitasi, mengikuti daya sihir pemanggilan roh, berputar bak gasing lepas kendali, memasuki alam bawah sadar, mencapai orgasme spritual.
Aku ingin menyambangi Toba dan Samosir, sekali saja.
Ikut berdendang dengan musik Batak yang mengalun pelan, begitu tenang, damai namun juga mistis. Selalu ada yang magis setiap kali alat musik dimainkan, dipukul, ditiup, digesek, genderang ditabuh bertalu talu. Lengkap dengan Taganing, Sarune, Ogung dan Gondang berkumandang. Ritmenya pun beragam, kadang menerjang cepat seperti rentetan tembakan, terkadang melantun teramat panjang, sesekali mengalun perlahan, cepat, lambat, cepat, lambat, mengentak, mereda, mengayun, mendatar, dinamis bak pasang surut gelombang laut.
Aaaaah… Aku ingin menyambangi Toba dan Samosir, sekali saja.
All photos taken from www.google.com
i wish i could write story like you do, i like the way you describe your experiences and places, interesting!
thanks dessy, everyone has their own style, keep reading, keep writing and keep traveling, one day u’ll become a great story teller 🙂
Waah, saya juga pengen ke sana 🙂
ayo bareng bareng kesana, hehe
Kampung awak yang sudah tak tinggal lama..
berati kampung kita tetanggaan, hehe, saya sumbar 😛
Oh ternyata Sumbar? Saya malah bermimpi bisa berenang di Danau Maninjau suatu saat, melihat indahnya Istana Pagaruyung, dan menonton balapan Pacu Jawi.
haha, rumput tetangga memang terlihat lebih hijau bang
saya mau ke sumut abang mau ke sumbar 😀
tapi yang paling penting tetap bangga dewan wisata indonesia
wih, viewnya awesome..
http://travellingaddict.blogspot.com/
karena belum kesana jadi masih pinjem fotonya dr mbah gugel 🙂
semoga bisa kesampean mengunjungi toba dan samosir 🙂
keindahan nurani … keren dan sangat ingin 🙂
terimakasih udah mampir mas alfa 🙂
salah satu list of my destination.
Danau toba, tunggu kisah saya disana
semoga lekas tercapai
ditunggu kisahnya mas, hehe
Gilaaa! Fotonya keren banget bang! 😀
Ajak2 dooong. hehe.
eeeeeeeehhhhh
ituuuu
dibawah khan ada keterangannya
foto taken from google, bukan fotoku
lha aq belum pernah kesana
-_____-
Nice story.. very inspiring!
wiiiiihhhh, mas muiiiis rek, haha
suwun wes mampir mas
😀
Memasukkan mimpi2 ke dalam List
Menjadikan mimpi2 itu lebih “visual” …
dan Semesta lebih mudah mengampu niat kita.
Begitu kalau menurut LoA Bung Yofangga …
Semoga terwujud
bener bgt, sepakat, haha
semoga semua mimpi bisa tercapai
menjadikannya visual plus dilihat orang banyak merupakan salah satu penyemangat dalam mencapai mimpi
🙂
Ayo aku melu bareng, jalur darat saja dari Lampung :3
ayoookkk, kapan?
lebaran iki aku pulang kampung ke padang (udah sekian tahun gak pulang nih)
dari malang naik motor ke jakarta, jakarta nyebrang lampung, dari lampung lewat darat ke padang
ayo mampir rumahku 😀
Hahay, aku bar lebaran ada rencana ke raung sejati(kalau jadi) trus lanjut ke flores bang. Wah, orang padang ya? Aku sangat memimpikan jalan2 keliling sumatera barat. Marapi, ngarai sianok, maninjau, dan mentawai adalah nama2 yang sangat ingin aku kunjungi mas :3
faaaaaakkkkk….
aku belum tuntas ngunjungi flores
cuma mentok komodo, ntar lah, hadiah kelulusan mau ubek habis sampai pulau rote
ayo dah, kalo ke padang bareng kita muter2 😀
Nah, flores juga pengen aku buat kado kelulusan mas #meskipunbelumtentululus haha…
atau kita sharecost ke raja ampat mungkin? Haha
sipp mas, rencanaku keliling ranah minang mgkin oktober/november, semoga anda bisa menjadi official guide saya 😀
Oktober/november aku free
urusan kampus uda kelar kalo bulan segitu mah
😀
mudah2an lagi di padang
wah, rugi kalo share cost ke raja ampat
save the best for the last, jangan terburu
mending eksplor timur sampe habis, dari sumba, waingapu, lanjut ruteng, ende, maumere, pulau lembata, alor, turun atambua, kupang, rote, finish di sabu.. wiiihhh…
Haha, aku kan cuma just kidding mas soal raja ampat, gendeng a merono dewean, iya kalau jadi fotografer resmi NatGeo gitu 😀
Hehe, iya nih, saya lagi terkesima sama nusa tenggara , sumatera, dan kalimantan. Hash, Indonesia luas sekali! 🙂