Kukira tahun lalu adalah tahun paling sepi bagi thelostraveler. Tentu bukan tanpa sebab, aku memiliki apologi untuk hiatus panjang tersebut. Memang pada bulan-bulan pertama sempat kutanamkan semangat bahwa paling tidak sekali dalam seminggu thelostraveler bisa mengeluarkan tulisan. Namun entah kenapa hidupku kemudian rasanya begitu penuh dan membingungkan, hingga tak tahu lagi mana dulu yang sebaiknya mendapat perhatian lebih banyak, apakah pekerjaan atau halaman blog yang telah jadi belukar.
Januari ini, thelostraveler merayakan ulang tahunnya yang ke empat. Sungguh aku tidak pernah menyangka dia dapat berumur panjang. Jika mengingat lagi alasanku menulis, maka jawabnya barangkali adalah sebagai sebuah laku balas budi pada tulisan-tulisan orang lain. Terus terang, aku sangat terbantu dengan adanya orang-orang murah hati yang bersedia menceritakan pengalamannya bervakansi. Mereka membantuku dengan informasi yang kubutuhkan jika ingin pergi ke tempat sama. Tentang apa yang harus dilihat, bagaimana cara menuju ke sana, di mana harus beristirahat, dan sebagainya, dan seterusnya.
Maka sekitar medio 2012 lahirlah thelostraveler sebagai ucapan terima kasih. Kala itu aku ingin ikut berbagi cerita dan mengajak orang lain berjalan-jalan dengan cara berbeda, bukan saja perihal matahari yang baru bangun, melainkan juga embun-embun yang menyertai saat pagi tiba. Aku ingin mendedah apa yang biasanya tidak terlihat di permukaan. Mulanya tentu menyenangkan. Setidaknya untuk waktu-waktu yang kelewat senggang, aku memiliki kebiasaan-kebiasaan baru. Menikmati matahari sore sambil menulis beberapa draft perjalanan.
Namun kemudian niat yang terlampau mulia itu menemui jalan buntu. Jika dibaca-baca lagi, apa yang kutulis tak lebih dari sekumpulan akrobat kata yang minim makna. Tak lebih dari puisi sungsang dengan diksi yang gagap. Tulisanku ibarat gumam-gumam tak jelas orang sekarat. Bermanfaat tidak, buang waktu iya. Kadang pada titik-titik tertentu pernah kurasakan hampir menyerah. Rasanya lebih baik berhenti menulis dan menutup blog ini, tentu saja sambil terus diam-diam mengagumi tulisan orang lain yang lebih bagus.
Sampai kemudian aku menyadari bahwa mengisi blog ibarat mengatur perabotan di dalam rumah. Setiap orang memiliki selera dan cara sendiri. Ada yang berbagi pengalaman, ada yang berlaku layaknya wikipedia, ada yang jadi mesin waktu, ada yang mengisinya dengan lawakan, atau sekadar menjadi motivator dengan sesekali menyisipkan petuah. Tidak ada yang salah selama kaidah penggunaan bahasanya baik dan benar. Setiap tulisan pasti memiliki pembacanya masing-masing.
Untuk itu di akhir tahun lalu aku kembali menulis. Menata rumah, memperbaiki atap yang bocor, menyiangi halaman, mempercantik pagar depan, dan mengisinya dengan perabotan-perabotan baru. Lupakan sejenak masalah trafik, hidup sesekali memang butuh egois. Seperti kata Pram, “menulislah terus. Jangan pedulikan apa dibaca orang atau tidak. Suatu saat pasti tulisan itu akan berguna.”
Dan untuk merayakan itu semua, pada kesempatan kali ini aku ingin sedikit berbagi kado kebahagiaan pada para pembaca thelostraveler. Caranya sesederhana menyebutkan apa alasan kalian tetap mempertahankan blog masing-masing. Aku yakin setiap orang memiliki motivasi dan dalih masing-masing. Silakan menuliskannya pada kolom komentar di bawah, bagi yang pernah menceritakannya dalam bentuk tulisan yang lebih panjang, boleh bagikan tautan tulisan tersebut.
Ada sehelai kain tenun Nusa Tenggara dan sebuah buku untuk dua alasan yang kuanggap paling menarik. Tentu saja pertimbangan pemenang bersifat subjektif, tapi kurasa itu sah-sah saja selama argumenku dalam memilih bisa dipertanggungjawabkan. Kutunggu komennya sampai tanggal 25 Januari, pemenang akan diumumkan tepat saat bulan ini berakhir.
Pada akhirnya, selamat ulang tahun thelostraveler.
Terima kasih sudah bertahan sampai detik ini
Yofangga Rayson
Thelostraveler.com
Tidak banyak, namun selalu saja muncul komentar atau email yang berbunyi, “mas makasih ya sudah berbagi pengalaman, akhirnya visaku di approve, ” atau, “mas, tulisannya tentang cara perbaikan nama di tiket bermanfaat banget, terima kasih.”
Dengan begitu, rasanya apa yang ditulis nggak sia-sia. Kalau lagi malas nulis, ingatnya ya itu, siapa tahu ada yang kebetulan butuh informasinya, jadi secara gak langsung termotivasi.
Selain itu, ntahlah, aku merasa blogger udah kayak keluarga. Jika berkunjung ke satu tempat, aku tinggal mikir, “eh blogger yang tinggal di kota A siapa aja ya?” dan jika aku berhasil mengingat satu atau beberapa nama, aku merasa aku punya “keluarga” yang dapat aku temui.
Sukses terus blognya mas Yofangga. Ditunggu catatan perjalanannya di yu-es 🙂
nah itu om, sayangnya tulisanku masih belum bisa ngasih informasi apa-apa ke pembaca, hehe
kadang malah nemu yang ngeluh 😀 jadi ngerasa bersalah
pengennya sih abis ini paling enggak bisa lah ngasih informasi dikit-dikit
buat point yang ke dua, sepakat om
jadi nambah saudara banyak 🙂
walaupun belum ketemu semuanya, tapi kok ya udah deket gitu rasanya
Salam kenal mas Yo, ih udah 4 tahun sebuah prestasi besar lho, patut diapresiasi. Blog mas Yo kayak usia balita lagi lucu2nya, semoga terus semangat menulis. Kalo Pink Traveler baru satu tahun usianya di bulan Januari, alasan nulis simple sih, Pink sering jalan2, sayang aja kalo gak dibagi kisahnya siapa tahu ada yang membutuhkan informasi terutama bagi cewek yang sering merasa takut untuk melakukan perjalanan terutama solo traveling
salam kenal juga mbak 🙂
hwahaha, iya, masih kecil banget, masih butuh belajar jalan, lari, loncat-loncat
wiiii, selamat ya mbak, semoga tetap rutin menulis
kadang memulai sih mudah, tapi mempertahankan semangat nulisnya yang aga berat 😀
Kadang mikir juga sudah pekerjaan setiap hari harus nulis banyak berita, eh pas cari kegiatan pengisi waktu kok nulis blog. Tapi, blog adalah diriku yang sebenarnya. Tempat bisa mengekspresikan diri dan hobi, tanpa terikat berbagai aturan, kaidah SEO, atau deadline seperti saat menulis berita. Blog menjaga sisi diriku yang lain dan juga menjaga kewarasan. Dari blog aku juga dapat bonus: pembaca dengan berbagai karakter, proses pembelajaran dan teman-teman baru. Walaupun sekarang butuh semangat super untuk update blog haahaha.
Sekian curhat singkat di kolom komenmu Yof :))
haha, aku jadi inget temenku mbak
dia seneng gambar, nah waktu tak suruh kerja di bidang desain grafis dia ga mau
bener-bener nolak kerja di bidang desain
alasannya ya kalau kerjanya nggambar, ntar otomatis dia ga punya hobby lagi 😀
tapi iya sih, nulis emang bisa sebagai media menjaga kewarasan
Bagi yang tak punya blog , tak ada harapan dapat hadiah
Ga harus blog sih
tapi paling enggak punya media untuk menyalurkan tulisan
soalnya aku penasaran aja apa sih sebenernya motivasi orang-orang tetap nulis
Mengapa saya masih ngeblog sampai saat ini? Karena saya percaya, Ngeblog bisa menjadi ladang amal jariyah buat pemiliknya, jika apa yang dibagikan adalah hal yang bermanfaat. Jika tidak sekarang, pasti suatu saat nanti akan ada yang membutuhkan informasi-informasi yang saya tuliskan lewat blog ini. Dan saya akan sangat senang jika blog saya bisa membantu
Saya juga sangat suka membagi pengalaman, karena seperti kata pepatah “pengalaman adalah guru terbaik”, guru terbaik pasti memberikan ilmu terbaik. Membagikan pengalaman, berarti membagikan ilmu terbaik.
Terakhir, saya pun ingin memiliki karya, dan lewat blog pula saya dapat berkarya. Karena karya adalah bukti bahwa saya pernah ada
emang sih ya, awalnya pasti karena pengen berbagi
tapi jika misalnya ga ada yang baca apakah akan tetep nulis?
lalu motivasinya apa lagi?
Ya itu kak, di point terakhir, berkarya, ada tidaknya yang baca yang penting berkarya aja dulu heheh….
Selain itu motivasinya adalah menyalurkan hobi aja, moga moga dengan seringnya saya menulis, kemampuan saya dalam hal menulis cerita perjalanan semakin baik, seperti kak Yofangga misalnya.. 🙂
kok ya seperti aku, mbok seperti Pram, atau siapa gitu
hehehe
amiiin, mari kita terus belajar 🙂
Spada…
Salam kenal yaa kak. Aku juga baru pertama kali ke blogmu, setelah liat twitnya yayan.
Anyway, alasanku buat tetap ngeblog saat ini ada 3:
1. Berkah ngeblog aku sekarang lagi roadshow buat talkshow ke anak-anak sma buat memotivasi mereka bijak manfaatkan internet dan media sosial.
2. Sebab ini https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155749808124625&id=805029624
3. Sebab ini : https://deddyhuang.com/2016/10/06/kemenanganku-bahagiaitusederhana/
makasih kak udah mampir, hehe
salam kenal juga yaaa
waaah, brarti blog udah merambah ke ranah pekerjaan ya kak
kalau gitu mau ga mau brarti harus tetap jalan dong?
menarik sih sebenernya, jika awalnya hobby gitu trus dijadikan ladang uang
apakah masih tetap ada passion atau perlahan-lahan memudar?
Apapun yang terjadi, pasti ini adalah empat tahun yang luar biasa. Bayangkan saja berapa banyak kata-katamu yang sudah mengembangkan imajinasi orang lain. Yang membuat mereka turut berkelana dalam perjalanmu, atau dalam perjalanan mereka sendiri yang dibimbing oleh kisahmu.
Kalau aku pribadi, alasan awal mula menulis blog dan tetap mempertahankannya sampai sekarang kurang lebihnya masihlah sama, yaitu: melawan lupa. Pada perjalanannya kisah melawan lupa itu justru menjadi pembuka hal-hal baru. Kawan dan ilmu yang bertambah, liarnya ingatan yang tercatat, hingga kebahagian berbagi, dan insya Allah manfaat tak terlihat dari setiap informasi yang berguna bagi orang lain. Selain itu, mau tak mau aku menjadi harus banyak membaca. Dan salah satu referensi menyusun kata yang baik, aku dapatkan dari blogmu.
Sekali lagi selamat mas atas empat tahun yang konsisten. Semoga tetap istiqomah 🙂
benar kak, empat tahun yang paling tidak mengubah sebagian hidupku *Haduuhberat
tapi bener sih, dari ngeblog jadi kenal orang-orang baru, teman-teman baru, wawasan baru, pembaca baru, guru baru
mau tidak mau akhirnya jadi semangat buat belajar lagi
iya sih, seharusnya memang begitu
tulisan bisa membantu untuk melawan lupa
tapi kini untuk langsung menulis sepulang dari melakukan perjalanan itu beraat bgt rasanya
udah numpuk berbulan-bulan baru ditulis, kadang lupa, kadang ingat tapi sedikit
jadinya ya tulisannya udah ga relevan lagi
Kenapa saya mempertahankan blog?
Pertama.
Sebelum saya terjun ke dunia penulisan fiksi, saya tumbuh dari dunia blog. Waktu itu jamannya Multiply masih berjaya. Di sana saya berbagi kisah hidup sehari-hari dan berinteraksi dengan blogger lain. Saya mendapat teman-teman baru yang menyenangkan, hingga akhirnya situs itu ditutup dan memaksa penghuninya bermigrasi ke platform lain. Saya memilih WordPress sebagai rumah baru saya.
Di WP, saya mulai berbenah. Membuat blog tersendiri untuk traveling – johanesjonaz.wordpress.com – dan blog untuk pikiran absurd – jonazilicious.worpress.com –
Pun di WP saya kerap blogwalking dan menemukan bolg-blog keren milik orang keren, salah satunya thelostraveler.com. Jujur saya belajar banyak dari blog semacam ini, mulai dari cara bertutur, pemilihan diksi, kemudahan berinteraksi dengan si empunya blog, dan penyajian tampilan.
Blog-blog keren ini menjadi dasar saya untuk merambah dunia fiksi hingga sekarang.
Kedua.
Saya tahu keterbatasan saya. Tidak mungkin mengingat semua kejadian yang saya alami dalam otak. Dua blog yang saya miliki adalah hardisk cadangan, anugerah teknologi sebagai fasilitas penyimpan sebagian sejarah hidup saya; rekaman beberapa kejadian yang bila dibaca lagi bisa memancing beragam emosi dan nostalgia.
Blog adalah warisan bagi keturunan saya kelak. Suatu saat, saya akan bercerita kisah perjalanan keliling nusantara, bagaimana keadaan tempat itu di masa saya hidup, atau … kisah cinta saya (kalau ini saya masih mikir-mikir untuk menjadikannya sebagai warisan). Saya berharap dari blog ini, generasi sesudah saya bisa melihat perbedaan dan perubahan yang terjadi dari tempat-tempat yang saya ceritakan. Membuat mereka belajar sesuatu dan mendapat value untuk perbaikan hidup mereka maupun kelestarian secuil surga yang pernah saya kunjungi. –> Mungkin ini terlalu idealis, peduli setan!
Akhir-akhir ini saya sering merasa bersalah karena satu-dua hal, frekuensi traveling saya berkurang sehingga menyebabkan blog traveling saya minim postingan baru. Namun demikian, saya tetap menuangkan isi kepala di blog absurd saya. Buat saya, big no untuk berhenti ngeblog, saya akan terus mempertahankan ‘celengan’ sejarah hidup saya.
Salam,
Jo.
alasan “Mungkin ini terlalu idealis, peduli setan!” ngena banget hwahahaha 😀
benar, kadang emang butuh semangat kaya gini untuk tetep menulis
ada kalanya orang mudah cepat menyerah karena terlalu banyak memikirkan pendapat lain
untuk point “frekuensi traveling saya berkurang sehingga menyebabkan blog traveling saya minim postingan baru”
sebenarnya blog travel tak hanya melulu tentang bicara tempat baru, ada banyak yang bisa dieksplore sih
kadang bisa juga dibawa ke ranah fiksi, ga ada yang salah
aku juga kalau kekurangan bahan sering nyerempet-nyerempet ke arah sana nulisnya 😛
seneng dengar sekarang udah mulai merambah ke dunia fiksi
aku dari dulu pengen tapi masih belum punya keberanian
mungkin suatu saat bakal ngikutin jejakmu 😀
aku dari dulu pengen tapi masih belum punya keberanian mungkin suatu saat bakal ngikutin jejakmu 😀 ==> kalau nggak mulai dari sekarang akapan lagi, Yo? I mean, look at you … kamu punya bakat alam sebagai penulis. Aku suka caramu membuka cerita, selalu ada godaan untuk membaca lebih dalam lagi. Terlebih diksi yang kau pakai dan caramu merangkai aksara sagat yahud, kamu punya warna yang jelas. Mungkin ya, ini mungkin. Kalau kamu nulis artikel di koran tanpa menyebutkan namamu, orang pasti pada tahu kalau itu tulisanmu.
Tak enteni bukumu. 🙂
Halo bang Yo … happy anniversary yah 😉
saya ingin menulis dan terus menulis karena dengan tulisan saya bisa mengabadikan apa yg saya lihat, saya dengar dan saya rasakan, saya pernah dengar pameo : gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama, buat saya… manusia mati meninggalkan warisan, warisan yang akan dikenang oleh anak cucu saya nanti, bukan berupa prasasti atau manuskrip, tapi tulisan2, foto2 atau cerita apapun yg mudah2an bisa menginspirasi mereka
Seneng The Lost Traveler upload tulisan lagi .. mengisi rindu akan kisahnya yang menyepi di 2016.
Tulisan2 di blog The Lost Traveler menurutku khas, ya bahasanya, ya frame yang dipakainya. Jadi soal informasi buat pembaca nggak perlu terlalu diresahkan Mas Yofangga, toh sudah ada pesona indonesia, atau web / blog lain yang mengulas infonya how to get there dan lain-lain nya.
Cerita dengan tutur khas, yang menggali layer2 di setiap destinasi dan traveling yang jarang, bahkan tak nampak dinarasikan web/blog lain itu yang bikin The Lost Traveler beda, ngangenin kaya Malioboro dengan abgkringan dan kehangatan nya yang khas 🙂
Itu yang membuat karakter kuat kata-kata dalam tuturan The Lost Traveler menjadi inspirasi …
Terus menulis & menginspirasi Mas Yo, meski mungkin sekarang sudah sibuk dengan dunia kerja …
Salam blogger & traveler
aaaah, selamat datang kembali, hehehe
maaf ya tahun kemarin sepi sekali
tahun ini diusahakan bisa menulis lebih banyak, bercerita lebih banyak
terima kasih sudah tetap membaca blog ini 🙂
O iya, selamat Ulang Tahun ke-4 ya The Lost Traveler.
Semoga makin matang dan bahagia selalu.
Semangat terus dan konsisten untuk terus menulis, tulisan mu sangat sangat begitu manja dan mempesona. Jangan biarkan lepas dari genggaman.
Sukses selalu kedepan nya dan makin penuh berkah
siaap kak cum, laksanakan 😀
wah udah 4 tahun aja… selamat ya maz.. semoga makin sering postingnya dan banyak giveaway di the lost traveler. hehehe
hehe, makasih, makasih, yok ikutan give awaynya 🙂
Demensia. Semuanya bermula karena penyakit lupa itu. Sebelum demensia menerpa kakek, saya sering diceritakan beragam hal olehnya. Cerita perjalanan adalah yang paling saya suka. Sambil menyusuri kebun, mencari kayu bakar, lantas beristirahat di bawah pohon cempedak. Tempat favorit di mana kakek memulai ritualnya. Bercerita panjang lebar pengalaman mudanya.
Mendaki gunung, mengarungi lautan. Bukan untuk bersenang-senang. Namun, untuk bergerilya melawan penjajah, serta diasingkan oleh serdadu Belanda di pulau Bawean tepatnya. Benar. Kakek saya adalah veteran kemerdekaan. Dialah yang terus melecut saya untuk tahu banyak tentang Indonesia. Bukan sekadar nyaman tinggal di kampung halaman yang kini aman.
Berulangkali pula kakek berpesan, pengalaman kelana di masa muda akan menjadi pelipur rindu di masa tua. Cerita menarik yang juga menjadi wawasan anak cucu tatkala tak bisa mewariskan apa-apa. Pernah saya berpikir, kenapa mendiang kakek yang berusia 60 tahun waktu itu masih bisa memiliki ingatan luar biasa.
Jawabannya terletak pada sebuah buku tua pemberian nenek saya. Di sanalah kisah demi kisah kakek tulis dengan penuh makna. Dibacanya setiap hari, hingga hafal di luar kepala. Tak heran, saat kakek tak lagi mampu membaca karena keterbatasan penglihatannya, ia masih ingat betul runtutan kisah hidupnya.
Padahal saat itu kakek sudah didiagnosa demensia. Namun, kebiasaannya membaca dan menulis di waktu muda, mampu menghindarkannya dari lupa segalanya. Siapa sangka, kebiasaan itu lantas turun ke saya, cucu pertamanya. Selain gemar membaca ensiklopedia, jiwa kakek yang mengalir dalam darah ternyata juga membuat saya tergila-gila menulis cerita.
Medianya pun berubah, sejak saya memasuki SMA. Blog mulai saya rambah. Sebagaimana anak remaja seusianya, isinya pun tak lebih dari curhatan belaka. Masuk kuliah, orientasi tulisan berubah. Bukan lagi curhatan, tetapi tulisan opini berisikan ajakan untuk peduli dengan alam, menyelamatkannya dari ancaman kerusakan. Terlebih saat saya bergabung dengan Greenpeace dan WWF, bercerita lewat medium kertas saya tinggalkan sepenuhnya.
Blog juga menjadi rumah saya berkisah dan bercerita panjang lebar perjalanan ke beberapa sisi Indonesia. Lagi-lagi jiwa kakek turut berperan. Bukan saja mewariskan kegemaran menulis dan membaca, tetapi mendorong saya untuk melanglang-buana. Gara-gara dorongan itulah, sampai saat ini saya terus menulis di blog. Mengisinya dengan cerita-cerita berkesan.
Orang mungkin membacanya sebagai picisan, tetapi jujur itulah hiburan saya di kala senggang. Membaca tulisan sendiri berulang kali, persis seperti yang kakek saya lakukan. Tujuannya satu, hanya tak ingin masa tua saya pilu akibat direnggut demensia.
Kiranya mas Yo juga tetap menulis, bukan semata agar terbebas dari demensia di hari tua, juga agar blog ini tetap jadi hiburan pun sumber wawasan bagi pembaca setianya. Percayalah, tulisan blog Yofangga banyak penggemarnya, layaknya Mak Par yang digandrungi karena sambalnya.
Di akhir komentar, tak ada kado pantas yang bisa saya berikan, selain alasan kenapa saya bertahan membuat tulisan di blog hingga sekarang sesuai permintaan. Semoga bisa meramaikan.
panjang sekalii, hehe
komenmu bisa dijadikan satu tulisan utuh lo
khan lumayan, nambah-nambah post soal alasan kenapa tetap menulis 😀
anyway, makasih yak
Selamat empat tahun kakak !!!!
Aku mulai ngeblog 2010 — lumayan lama sih.. tapi nggak banyak tulisan yang dihadirkan saat itu.
Menulis bagiku bukan sekedar hobi tapi sebuah rekreaksi jiwa. hehehe, kira-kira seperti itulah alasan kenapa sampai sekarang masih bertahan nge-blog. Karena pada dasarnya akunya suka bercerita — sayangnya, banyak anggota keluarga yang bosan dengar cerita aku, dan cuma blog yang ngerti perasaan ini. *mulai sendu*
Seperti kata Almarhum Abah Pram : “menulislah terus. Jangan pedulikan apa dibaca orang atau tidak. Suatu saat pasti tulisan itu akan berguna.”
Akhirnya beberapa tulisanku di lirik beberapa blogger, dan seperti nemu sodara yang mengasyikan. berbagi kisah seru… siapa tahu dari saling lirik-intip-komen eh nemu sahabat hati. — siapa tahu bisa berlayar bersama kapal yang indah. *Eh
😀
terima kasiiih, dibanding blogmu yang lebih senior, apalah punyaku yang anak bawang
sungkem dulu, hehehe 😀
lah kok curhat, emang beneran mau nyari sahabat hati?
#Eh…
Alasan saya membuat dan mempertahankan blog saya tiada lain saya ingin menulis, menulis, dan menulis. Saya hobi membaca, dan semoga tulisan saya dapat menggerakkan minat orang untuk membaca 🙂
oya qy, selamat wisuda yaaaah
hwahahaha
ngucapin selamatnya kok ya di komen, blog sendiri lagi 😀
meskipun seperti itu, semoga ada beberapa dari kisah kisah mas bro yang menginspirasi orang lain 🙂
semoga 🙂
Kalo saya sih menulis karena ingin berbagi pengalaman aja. Kan kata orang pengalaman adalah guru terbaik. Ya sapa tau pengalaman saya juga bisa menjadi guru bagi temen2. Karena saya juga belajar banyak dari membaca blog2 temen2 juga..
hehe, makasih udah berkunjung bang Andi
iya sih, ga ada salahnya juga berbagi, siapa tau bisa nginspirasi orang lain
ceileh 😀
alasan saya tetap menulis sampai sekarang, sebab, saya mudah lupa. Saya tak mau melupakan betapa indahnya nusantara. Saya tak mau lupakan orang2 yang saya jumpai dalam perjalanan. Saya tak mau lupa saat bagaimana kaki berjalan ratusan mil lelahnya. Saya tak mau lupa bagaimana rupa Indonesia dulu dan sekarang. Saya tak mau lupa, pada keluh kesan perjalanan. Karena pada suatu saat nanti, lewat tulisan ini, anak cucu akan menyaksikannya. Betapa indahnya Indonesia di jaman Bapaknya. Betapa kayanya warisan nusantara. Kelak mereka, sejak saat membaca tulisan2 saya, akan paham Kebhinekaan, meski tak harus menyambangi sudut demi sudutnya. Salam Mas Bro! Ayo nulis lagi.
Hanif insanwisata
“Saya tak mau lupa bagaimana rupa Indonesia dulu dan sekarang”
ini point yang bagus, iya sih, tulisan salah satu cara untuk mengabadikan tidak hanya tempat, tapi juga momen
jadi kita punya bank memori yang nggak bakal lapuk oleh lupa 😀
Waah pertama-tama selamat ulang tahun thelostraveler semoga terus raya dan menginspirasi 😀
Ikutan giveaway ahhh, Hehehehe
Awal mula saya membuat blog dan menulis itu adalah secara tidak sengaja saya jumpa postingan thelostraveler yang dibagikan ke grup backpacker facebook. Entah saya lupa yang mana, hehehe pokoknya setelah itu saya terinspirasi untuk menulis dan bercita-cita menjadi penulis. Jadi alasan saya mempertahankan ngeblog adalah untuk terus belajar menulis dan sebagai catatan pengingat untuk pribadi tentang perjalanan-perjalanan yang telah lalu. Untuk sekarang, alasan saya hanya itu. Hanya untuk diri sendiri, jika suatu saat dari cuma belajar lalu bisa menjadi berguna untuk orang lain itu murni tanpa kesengajaan. 😛
NB: Kasih dong mas Yofa, biar saya terus semangat nulisnya. Hahahaha 😁
hahaha, makasih ucapannya
waduuuh, yakin pertama kali nulis gegara thelostraveler?
jadi terharuu, hehe 😀
seneng udah nginspirasi orang lain untuk menulis
semoga bisa tetep kaya gitu kedepannya
Selamat ulang tahun mas Yofangga, eh thelostraveler deng hehehe. Belum telat kan buat aku nulis di sini? Hehehe
Jadi gini mas Yo. Alasan utama kenapa aku tetep nulis pastinya yang pertama emang karena lagi semangat – semanagtnya, kebetulan folkadntravel.com sendiri usianya baru sebulan. Yang kedua ada bisikan nih, apa sih arti perjalanan tanpa diceritakan? Kalaupun dipendem cuma buat cerita anak istri kelak rasanya terlalu egois.
Berbicara soal egois juga nih, ini sebenernya masuk ke alasan yang ketiga hehehe. Aku mau orang denger ceritaku, kalo di blog lebih tepatnya “baca” kali ya haha. Dan yang ke empat mas, jujur dari lubuk hati yang terdalam nih hahaha. Aku sangat terinspirasi dengan tulisan – tulisan mas Yo. Jadi ya terimakasih mas Yo, thelostraveler sangat menginspirasi. Yaa meskipun ada beberapa sudut pandang yang berbeda sih dalam perjalanan, seperti tentang Gunung Ijen contohnya. Aku cenderung lebih banyak kecewa sama penambang tuh di situ hehehe. Sedangkan Mas Yo lebih banyak welas asih terhadap pendambang. Tapi it’s okay kan mas? Soal perbedaan pandangan kan bisa jadi jalan buat bertukar pengalaman.
Pokoknyan keep writing lah thelostraveler, really inspiring! hehehe
Sukses Ms Yo